Headlines News :

PELUANG USAHA MENJADI RESELLER UNDANGAN

Atikel

Jejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan

Tulisan ini sebuah ringkasan, dari rintisan penulis untuk menguraikan jejak-jejak kuno baik berupa prasasti dan juga situs-situs candi yang masih terpendam di bumi Lamongan.  Semoga bisa memberikan manfaat bagi seluruh Masyarakat Lamongan khususnya dan semua pihak secara umum. “Lamongan menyimpan data yang luar biasa mengenai Prabu Airlangga. Airlangga itu raja besar malah lebih besar dari Hayam Wuruk. Dari disertasi saya saja sudah 7 artikel saya buat tentang Airlangga, yang paling lengkap ingin saya sampaikan di Lamongan supaya orang Lamongan bisa bangga dengan leluhurnya”, Dr. Ninie Soesanti arkeolog UI.

Demikian ungkapan Dr. Ninie Soesanti seorang arkeolog UI yang pernah meneliti beberapa prasasti Airlangga di Lamongan. Ungkapan ini disampaikan melalui email saat saya berkomunikasi tentang transkrip beberapa prasasti Airlangga di Lamongan.

Dari sepintas ungkapan di atas dan didukung dengan fakta arkeologis dilapangan, maka judul tulisan diatas nampaknya tidak berlebihan. Lamongan memang menyimpan banyak data berkaitan dengan masa pemerintahan kerajaan Prabu Airlangga, terutama berupa tulisan diatas batu atau yang biasa disebut dengan prasasti batu. Dari data sementara yang terkumpul paling tidak terdapat 41 prasasti batu yang sebagian besar diperkirakan berasal dari zaman sebelum munculnya Kerajaan Majapahit, namun demikian belum pernah ditemukan adanya keterangan prasasti pada era singasari. Beberapa prasasti seperti prasasti pamwatan (Pamotan), prasasti Pasar Legi (Sendang Rejo, dulunya satu Desa), prasasti Puncakwangi, Prasasti Wotan (Slahar Wotan), dan lainnya jelas teridentifikasi sebagai prasasti-prasasti yang di keluarkan oleh Prabu Airlangga.
Disamping prasasti-prasasti yang tersebut diatas masih banyak jajaran prasasti lainnya yang belum teridentifikasi secara pasti mengenai tahun dikeluarkannya prasasti dan juga kandungan isi dari prasasti tersebut. Yang perlu disayangkan adalah akibat dari kurangnya perhatian berbagai pihak, banyak dari prasasti-prasasti tersebut dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena terkesan tidak ada kepedulian baik dari pihak yang berwenang maupun masyarakat secara umum. Kondisi ini menyebabkan banyak prasasti yang makin rusak bahkan kemudian banyak juga yang hilang dicuri, dirusak orang atau tengelam/terkubur.

Menurut hasil-hasil penelitian para arkeolog sebagian besar prasasti Airlangga banyak ditemukan disekitar Jombang dan Lamongan, membujur dari sekitar Ploso ditepian sungai Brantas, Sambeng, Ngimbang, Modo, dan Babat sekitar Bengawan Solo. Berdasar dari data faktual berupa prasasti tersebut maka tidak heran jika banyak ahli sejarah yang menyimpulkan bahwa pusat kekuasaan Raja Airlangga diperkirakan berada di sekitar Ngimbang. Jika pendapat ini benar maka bisa dipastikan bahwa Lamongan merupakan daerah yang penting semasa Pemerintahan Kerajaan Airlangga. Tidak dapat dinafikan pula bahwa wilayah Lamongan menjadi sentral dalam upaya mengungkap dan mempelajari sejarah kerajaan Airlangga.

Airlangga adalah penerus wangsa isana di jawa timur yang lolos dari bencana pralaya yang meluluh lantakkan istana Mataram kuno masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Peristiwa serangan mendadak yang dilancarkan oleh Raja Wurawari ini terjadi tepat pada saat pesta perkawinan antara Airlangga dan putri Raja Dharmawangsa Teguh sedang berlangsung. Serangan ini banyak menewaskan para pembesar Istana termasuk Raja Dharmawangsa Teguh juga meninggal dalam serangan tersebut dan dicandikan di Wwatan.
Airlangga, yang datang ke Mataram untuk dinikahkan dengan anak Dharmawangsa teguh, adalah anak dari Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni, saudara perempuan Dharmawangsa Teguh, dengan Udayana, seorang Raja dari wangsa Warmmadewa Bali. Saat pesta perkawinan berlangsung peristiwa pralaya terjadi ( 1016 M) , Airlangga yang pada saat itu baru berumur 16 tahun mampu menyelamatkan diri dari pralaya, bersama seorang hambanya yang setia, Narottama. Airlangga menjalani kehidupan di hutan lereng gunung dan berkumpul dengan para pertapa dan pendeta. Kehidupan Airlangga dihutan bersama dengan pertapa dan pendeta nampaknya banyak memberikan pelajaran dalam perjalanannya kemudian saat menjadi Raja. Sejak inilah perjuangan Airlangga dimulai. Sebagai jelmaan dewa Wisnu (saksatiranwisnumurtti) Airlangga membangun tahta dari puing-puing kehancuran kerajaannya.

Setelah melewati masa persembunyian dengan kalangan pertapa, Airlangga didatangi oleh utusan para pendeta dari ketiga Aliran (Siwa, Buda, dan Mahabrahmana) yang menyampaikan permintaan supaya ia menjadi pemimpin di kerajaan yang istananya telah hancur tersebut. Tahun 1019 Airlangga dengan direstui para pendeta dari ketiga Aliran (Siwa, Buda, dan Mahabrahmana). Dia berhasil naik tahta dengan bergelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmmawangsa Airlangga Anantawikrama Utunggadewa dikukuhkan di Halu (ikanang halu kapratisthan sri maharaja) selanjutnya Airlangga membuat arca perwujudan leluhurnya yang telah dicandikan di Isanabajra (Sang lumah ring Isanabajra), penobatannya dikukuhkan pada sasalanchana abdi vadane (bulan lautan muka = 941 Saka/1019 M).

Periode awal pemerintahan Airlangga dipenuhi dengan peperangan dan penaklukan negara-negara bawahan yang pernah menjadi bagian dari pemerintahan kerajaan Dharmawangsa Teguh. Pada tahun 943 Saka (1021) Raja Airlangga telah memberi anugerah ‘sima’ kepada penduduk Desa Cane yang masuk wilayah tinghal pinghay, karena mereka terlah berjasa menjadi “benteng” disebelah barat kerajaan, senantiasa memperlihatkan ketulusan hatinya mempersembahkan bakti kepada raja, tiada gentar mempertaruhkan jiwa raganya dalam peperangan, agar sri maharaja memperoleh kemenangan.

Prasasti Pucangan memberitakan bahwa antara tahun 1029 – 1037 Airlangga menaklukan Wuratan (1030 M) dengan rajanya bernama Wisnuprabhawa terkenal sangat kuat (atisayeng mahabala), pada tahun sama menyerang raja Panuda dari Wengker (pangharpharpan mwang haji wengker). Tahun 1032, haji Wura Wari yang memporandakan kraton Dharmmawangsa Teguh, menaklukan juga seorang ratu wanita (?) yang konon sangat gagah seperti raksasi. Berita ini khusus dimuat pada bagian berbahasa Sansekerta. Prasasti (tembaga) Terep (1032) menerangkan kraton Airlangga di Wwatan Mas diserang musuh (?) sehingga Airlangga harus menyingkir ke Patakan (ri kala sri maharaja kalataya sangke wwatan mas mara i patakan).

Setelah melewati berbagai peperangan, penaklukan, dan konsolidasi diawal hingga pertengahan masa pemerintahannya. Peringatan kemenangan kemudian dikukuhkan di dalam prasasti Turun Hyang A (1036) dan menganugerahkan penghargaan daerah sima kepada penduduk desa Turun Hyang karena jasa-jasanya dalam pembiayaan dan pengelolaan pertapaan Sriwijayasrama dan pertapaan-pertapaan lainnya di gunung Pugawat (matang ya siddhaken prajnanira madamel yasa patapaning pucangan) seperti disebut dalam prasasti Pucangan.

Patakan; Ibukota Sementara Dalam Pelarian Sang Raja
Periode antara tahun 951 saka (1029 M) sampai dengan tahun 959 saka (1037 M) adalah periode penaklukan yang dilakukan oleh Raja Airlangga terhadap musuh-musuhnya baik yang berada wilayah barat, timur, dan selatan.  Berita pada prasasti pucangan memberikan keterangan tentang penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh raja Airlangga atas musuh-musuhnya tersebut.
Namun demikian diantara tahun-tahun tersebut bukan berarti istana Airlangga telah aman dari serangan musuh, kesuksesan dalam penaklukan wilayah sekitar ternyata juga diselingi dengan kekalahan bahkan pelarian. Peristiwa kekalahan yang dialami Airlangga, sehingga ia terpaksa harus meninggalkan keratonnya di Wwtan Mas dan melarikan diri dari istananya menuju ke Desa Patakan, diterangkan dalam prasasti Terep tahun 954 Saka (21 Oktober 1032 M) “sri maharaja katalayah sangke wwatan mas mara i patakan”, namun siapa musuh yang menyerangnya tidak jelas disebutkan. Para ahli sejarah menduga bahwa yang melakukan serangan ini adalah Raja Wurawari, artinya Raja Wurawari mendahului penyerangan terhadap ibukota kerajaan Airlangga sebelum kemudian Airlangga membalas serangan tersebut dan menghancurkan kerajaan Wurawari.

Dalam prasasti terep dikatakan bahwa raja telah memberikan anugerah kepada Rakai Pangkaja Dyah Tumambong, adik raja sendiri, karena telah berjasa pada waktu Raja Airlangga harus menyingkir dari Wwatan Mas ke Desa Patakan. Di Desa Terep Rakai Pangkaja bersembunyi didalam suatu pertapaan, dan disitu ia menemukan arca Bhatari Durga. Maka ia berdo’a dan memohon kepada sang batari agar raja memperoleh kemenangan dalam peperangan. Ia berjanji jika permohonan itu terkabul ia akan mohon agar Desa Terep, tempat pertapaan itu, ditetapkan menjadi sima. Maka kini setelah raja dapat mengalahkan musuhnya itu, dan kembali bertahta diatas singgasana permata, Rakai Pangkaja Dyah Tumambong Mapanji Tumanggala menghadap raja dan mengajukan permohonanya. Maka dikabulkanlah permohonan itu, yaitu ditetapkannya pertapaan tempat pemujaan betari sebagai daerah swatantra, termasuk sawahnya, kebunnya, dan sungainya, dan ditambah lagi dengan anugerah gelar halu. Maka selanjutnya ia bergelar Rake Halu Dyah Tumambong

Peristiwa kekalahan dan pelarian raja Airlangga dari istana Wwatan Mas menuju desa Patakan terjadi pada tahun yang sama dengan penaklukan yang dilakukan Raja Airlangga terhadap Raja Wurawari. Jika perkirakan diatas benar, bahwa Raja Wurawari melakukan serangan terlebih dahulu dan berhasil memaksa Raja Airlangga untuk menyingkir ke Desa patakan. Maka dapat dipastikan bahwa serangan balik terhadap Raja Wurawari di persiapkan oleh Raja Airlangga dari istana sementara.
Berangkat dari istana sementara di Desa Patakan Raja dengan diiringi oleh rakryan Kanuruhan Mpu Narottama dan Rakryan Kuningan Mpu Niti berhasil menyerbu Raja Wurawari dari arah Magehan (Magetan?). serangan ini berhasil melumpuhkan pertahanan Raja Wurawari dan mengalahkannya, maka lenyaplah semua perusuh di tanah Jawa.

Keberadaan Desa Patakan sebagai pusat pemerintahan sementara juga dikuatkan dengan adanya Prasasti Sendangrejo Kecamatan Ngimbang (dulu bernama Desa Pasar Legi Kecamatan Sambeng) 965 Saka atau 1043 M, yang memuat tentang penghargaan/anugerah  terhadap penduduk Desa Patakan, sayang prasasti ini rusak pada bagian sambandhanya sehingga tidak bisa terbaca secara jelas lagi. Sangat mungkin pemberian anugerah ini berhubungan dengan pertolongan dan darma bakti penduduk patakan terhadap Raja Airlangga pada saat melarikan diri ke desa tersebut.

Disamping keterangan dari Prasasti Terep dan Prasasti Sendangrejo, Prasasti Patakan sendiri juga memuat anugerah Raja kepada rakyat Desa Patakan. Patakan adalah suatu daerah yang pernah dijadikan sima karena punya kewajiban memelihara bangunan suci Sang Hyang Patahunan, sayang belum ada terjemahan yang cukup mengenai prasasti ini, isi prasasti sebetulnya lengkap tetapi prasasti pecah berantakan. JLA Brandes pernah membaca walaupun tidak lengkap. Prasasti tersebut sekarang ada di Museum Nasional dengan nomor D22.

Mengapa Airlangga memilih Desa Patakan sebagai tempat untuk melarikan diri dan memindahkan kekuasaanya untuk sementara?. Pemilihan Desa Patakan sebagai tempat bagi Raja Airlangga untuk melarikan diri sebenarnya bukanlah sebuah kebetulan semata, namun merupakan sebuah perencanaan matang yang didasari oleh posisi strategis Desa Patakan yang berada di bagian puncak dari perbukitan gunung kendeng yang membujur kearah barat, disamping jaminan keamanan dan kesetiaan yang bakal diterima oleh Raja Airlangga dari penduduk Desa Patakan.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Raja Airlangga dinobatkan sebagai Raja dengan restu para pemuka agama dari tiga aliran yang berkembang pada saat itu. Artinya Raja Airlangga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan berbagai tokoh dan pemuka agama dari berbagai aliran tersebut. Di Desa Patakan, sebagaimana isi dari prasasti Patakan, tedapat bangunan peribadatan Sang Hyang Patahunan, yang berarti terdapat seorang pendeta yang sudah demikian dekat dengan Raja Airlangga yang dengan segenap daya dan pengikutnya tentu akan melindungi sang raja dari segala gangguan musuh. Jaminan keamanan ini sangatlah penting dalam situasi saat pelarian yang sangat beresiko jika saja sang Raja salah dalam memilih lokasi pelarian.

Tidak heran jika kemudian Raja Airlangga meneguhkan ulang status Sima bagi Desa Patakan untuk yang kedua kalinya dalam Prasasti Sendangrejo (1043 M) yang juga merupakan prasasti terakhir yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga sebelum kerajaan di belah menjadi dua bagian Jenggala dan Pangjalu.
Jejak mengenai tempat peribadatan atau candi di Desa Patakan ini masih terlihat hingga sekarang dan dalam keadaan yang memprihatinkan (penulis pernah mendatangi lokasi candi ini), sayangnya hingga sekarang belum ada perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan dan juga belum ada penelitian dari kalangan Arkeolog. Namun jika melihat jejak-jejak yang ada pada lokasi disekitar bekas reruntuhan candi tersebut, masih ada situs-situs yang lain yang belum dapat penulis identifikasi bentuk bangunannya satu persatu, sangat mungkin keseluruhan dari bagian situs ini merupakan sebuah kompleks bangunan (petirtaan atau bahkan istana) yang bersanding dengan sebuah bangunan candi.

Pamotan; Kota Dahanapura Pangjalu Sebelum Kediri
Raja Airlangga (1016-1042 M) memerintah di Jawa Timur sejak 1021 sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Pusat kerajaan Airlangga berpindah-pindah karena diserang oleh musuh. Setelah peristiwa pralaya yang menghancurkan istana Wwatan milik Dharmawangsa Teguh, Airlangga yang bersembunyi di hutan lereng gunung kembali merebut istana Wwatan, menurut prasasti Cane (1021 M) Airlangga kemudian membangun istana Wwatan Mas. Prasasti Terep (1032 M) menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan karena serangan musuh. Setelah airlangga berhasil menaklukan Raja Wurawari pada tahun 954 Saka (1032 M), rupanya Raja Airlangga tidak kembali lagi ke Istana Wwatan Mas, namun ia justru meninggalkan istana Wwatan Mas dan membangun istana/ibukota baru di Kahuripan. Berita ini termuat dalam prasasti Kamalagyan 1037 M, yang berbunyi “makateweka pandri sri maharaja makadatwan i kahuripan”.


lokasi Prasasti Pamwatan yang hilang

Lalu sejak kapan airlangga memindahkan ibukota kerajaannya ke Dahana(pura)?. Nama Dahana(pura) termuat dalam uraian Serat Calon Arang sebagai ibukota kerajaan Airlangga, namun dalam uraian serat tersebut tidak disebutkan dimana letak kota Dahana(pura) juga tidak di Kediri ataupun di Lamongan.
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam bagian atas prasasti Pamwatan (Pamotan) yang dikeluarkan Airlangga tahun 964 Saka atau tepatnya 19 Desember 1042 Masehi yang merupakan prasasti akhir dari pemerintahan Raja Airlangga. Hal ini tentu sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Dahana(pura). Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).

kontributor : Yok’s Slice Priyo

Candi Airlangga Akhirnya Ditemukan di Hutan Pataan Lamongan



Warga Desa Pataan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, digemparkan dengan penemuan sebuah candi di hutan dekat areal persawahan warga. Tapi beberapa warga mengatakan bahwa bangunan tersebut sudah lama ada, dan warga sering melintasi tapi tak berani mendatangi sebab karena tempat tersebut dianggap sakral.

Candi tersebut diperkirakan dibuat pada abad XI atau zaman Kerajaan Airlangga dan digunakan sebagai tempat pemujaan. Bagian tepinya terbuat dari batu kapur yang tersusun rapi. Setiap batu kapur memiliki panjang sekira 30 centimeter dan lebar 20 centimeter dengan ketebalan berkisar 10-15 centimeter. 

Di sisi lain terdapat bebatuan hitam dan keras serta pahatan khas zaman kerajaan kuno. Sedangkan di bagian tengah candi terdapat semacam tempat air yang melingkar. Bagian yang dindingnya juga terbuat dari batu tersusun rapi ini diperkirakan sebagai petirtaan saat pemujaan.  Bagian ini tersambung dengan bangunan aliran air menuju ke luar candi. 
"Candi ini diperkirakan dibangun pada zaman Kerajaan Airlangga pada abad XI masehi karena di Desa Pataan ini telah ditemukan Prasasti Patakan sebagai tanda zaman Airlangga yang kini telah disimpan di musium nasional," papar Supriyo, salah seorang penemu candi. 

Warga juga menyakini di sekitar area candi terdapat permukiman kuno. Pasalnya, warga sering kali menemukan gerabah serta pecahan guci guno di sekitar lokasi penemuan candi.
Warga berharap tim Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala melakukan penggalian sehingga struktur candi dapat terlihat secara utuh.

Apakah ibukota Kerajaan Airlangga terdapat di daerah Pataan Kabupaten Lamongan..??

Dengan diketemukan Candi  dan banyak bangunan serta disertai banyak peningalan gerabah, maka beberapa pakar masih meneliti keberadaan Airlangga di daerah Pataan. 

Dari fakta arkeologis yang ada. Yakni Prasasti Pamwatan tahun 1042 masehi dan Prasasti Terep tahun 1032 masehi yang dulu telah diketemukan dan sekarang disimpan di Museum Nasional, menyebutkan ada bangunan candi yang didirikan sekitar abad 11 masehi.

Menurut Agus Aris Munandar dan Ninie Susanti, keduanya dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia  Agus cenderung sepakat dengan asumsi bahwa keraton pertama Airlangga, yaitu Wwatan Mas terdapat di wilayah Lamongan. Sementara keratin terakhirnya, Dahanapura disamakan dengan Daha, ibu kota wilayah Panjalu (saat ini Kediri). “Fakta yang ada tipis untuk menunjukkan bahwa Wwatan Mas berlokasi di utara Gunung Penanggungan. Justru dari Prasasti Wotan yang ada di Dusun Wotan/Lamongan, kemungkinan besar Wwatan Mas Airlangga berada di Lamongan. Banyak laporan yang menyebutkan serinngkali ditemukan artefak emas, arca, kertas emas tipis dan perhiasan di sekitar Dusun Wotan, “ ungkap dia.

Sementara Ninie justru menyebutkan konsentrasi temuan prasasti setelah 964 saka (Prasasti Pamwatan) yang isinya menyiratkan keraton baru Airlangga, Dahana Pura, berada di wilayah Kabupaten Lamongan. Yaitu terbanyak ditemukan di wilayah Kecamatan Sambeng dan Ngimbang. Berdasar analisis distribusional prasasti, dia percaya Kerajaan Airlangga mula-mula berada di sekitar Surabaya, kemudian berpindah ke wilayah lebih pedalaman di daerah aliran Sungai Brantas dan Bengawan Solo akibat serangan musuh.

Fakta lain di paparkan Supriyo, Ketua Lembaga Studi dan Advokasi untuk Pembaruan Sosial (LSAPS) terkait dengan kelahiran Lamongan. Setelah kemunduran Majapahit yang juga berimbas pada kemunduran Perdikan Biluluk di Lamongan Selatan, wilayah utara Lamongan justru berkembang dengan lahirnya perdikan-perdikan Islam. Seperti Perdikan Sedayu, Drajat dan Sedang Dhuwur.

Perdikan Drajat pada tahun 1475 atau 1553 M dipimpin oleh Sunan Drajat, keturuna Sunan Ampel. Sementara Perdikan Sendang Dhuwur pada tahun 1483/1561 M dipimpin Sunan Sendang atau Raden Rahmat. Kemudian di periode yang sama, di wilayah tengah, di Tumenggungan yang sekarang masuk wilayah Kota Lamongan berkembang pemerintahan di bawah kendali Rangga Hadi dengan gelar Tumenggung Surajaya tahun 1569-1607 M. Wilayah ini masuk kendali Kasultanan Giri. Pengangkatan Rangga Hadi inilah yang sampai sekarang dijadikan dasar penentuan Hari Jadi Lamongan.
Sebagai rakyat lamongan, harus lebih bijak untuk menghargai kebudayaan dan sejarah dahulu, dengan mengungkap kebenaran dan menjaga kelestarian benda-benda sejarah disekeliling anda.


Keunggulan Tenun Ikat Khas Lamongan

Tenun ikat di desa parengan Kecamatan Maduran-Lamongan mempunyai kekhasan dan keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan produk tenun buatan pabrik. Keunikan dari tenun ikat ini adalah praktis pada pemakaiannya, tenun ikat dibuat oleh perorangan sehingga memiliki corak yang sangat banyak dengan ciri khas timbul dipermukaan dan kualitas kain ini bisa dilihat dari jenis benang, warna kelunturan.

Keunggulan lainnya yaitu memiliki motif yang bermacam macam. Terdapat banyak pilihan jenis sarung, harga yang tidak terlalu tinggi.Cara pembuatannya juga tidak mudah, motif sarung dibuat tidak dengan cap atau sablon melainkan ditenun satu satu,beda dengan menggunakan mesin. Kalau mesin tidak bisa membuat motif yng serupa dan hanya bisa satu warna.

Tim Laskar Joko Tingkir PD hadapi Persiba

Persela Lamongan bertekad bangkit saat melakoni laga tandang melawan Persiba Bantul di Stadion Sultan Agung, Senin (2/6), dalam lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2014.
Tambahan angka dari partai tandang dibutuhkan Laskar Joko Tingkir sebagai ganti poin yang hilang saat ditahan Putra Samarinda 2-2, dan Persiba Balikpapan 1-1 di Stadion Surajaya, Lamongan, pada awal putaran kedua lalu.
“Kini saatnya Persela harus bisa mencuri poin di pertandingan tandang. Kami sudah tekankan kepada para pemain, bila pertandingan lawan Persiba Bantul merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan baik, guna mendapat tambahan poin,” tutur asisten pelatih Persela Didik Ludiyanto kepada Goal Indonesia.
Didik mengaku telah melakukan evaluasi kinerja skuat Persela bersama pelatih Eduard Tjong setelah dilumat Persiram Raja Ampat. Permasalahan yang ada coba disiasati dengan melakukan pendekatan langsung kepada para pemain.
“Kami sudah fokus ke pertandingan lawan Persiba Bantul. Sudah ada evaluasi, di mana para pemain dikumpulkan untuk diajak bicara. Mereka sepakat bakal memberikan yang terbaik di pertandingan nanti,” jelasnya.
Didik pun menilai kekalahan yang diderita Persela dari Persiram lebih dikarenakan tidak bermainnya Srdjan Lopicic dan Addison Alves. Namun saat dijamu Persiba, kedua pemain ini siap kembali dimainkan. Sebelumnya, Lopicic harus menepi karena kondisinya kurang fit, sementara Addison menjalani hukuman akumulasi kartu.
“Tak bisa dipungkiri, absennya dua pemain asing kami saat lawan Persiram, sangat berpengaruh terhadap permainan tim. Tapi lawan Persiba, baik Lopicic maupun Addison siap kembali diturunkan,” beber Didik.
Dalam laga kontra Persiba Bantul, ada kemungkinan Persela akan diperkuat rekrutan anyar Eddy Gunawan. Bahkan, mantan pemain Persebaya 1927, PSIS Semarang, dan Persiba Balikpapan ini, ikut diboyong rombongan Laskar Joko Tingkir ke Bantul.
“Eddy statusnya sudah sah milik Persela. Ia juga kami bawa ke Bantul. Soal apakah ia nanti diturunkan atau tidak saat melawan Persiba Bantul, akan dilihat kondisi terakhirnya. Ini juga berlaku untuk semua pemain,” pungkas Didik. (gk-43)

Lomba Cerpen Islami

Kabar gembira bagi anda yang gemar dalam bidang sastra. Komunitas penulis di lamongan mengadakan sebuah lomba sastra yaitu cerpen bernuansa islami. Adapun untuk syarat untuk mengikuti lomba ini, sebagai berikut :

Info Lomba Cerpen Islami yang diadakan oleh FLP Lamongan

LOMBA CERPEN ISLAMI FLP LAMONGAN
Syarat:
1) Naskah ditulis pada kertas kwarto, Times New Roman, font 12, diketik
dengan jarak satu setengah spasi
2) Panjang cerpen maksimum 10 lembar
3) Periode penerimaan naskah mulai April hingga Juni 2009
4) Naskah beserta biodata lengkap dikirimkan ke:
Sekretariat FLP Lamongan
Jl. Andanwangi Gg Guntur No. 7
Lamongan 62217
Jawa Timur

5) Hadiah:
Pemenang I: Rp 300,000.-
Pemenang II: Rp 200,000.-
Pemenang III: Rp 100,000.-

Untuk info lebih lanjut, dapat menghubungi Arjuna di 085749287746 atau
085231866995


Lomba Desain Blogger Lamongan

Komunitas pengemar blog atau dikenal blogger di Lamongan tahun ini bisa semakin menyalurkan hobinya. Kantor Pengolahan Data Elektronik Kabupaten Lamongan bekerja sama dengan PT Telkom Cabang Lamongan membuka kompetisi desain blog bagi pelajar tingkat SLTP dan SLTA dalam menyambut hari jadi ke-440 Lamongan.

Pemenang akan mendapatkan telepon seluler dan kartu perdana beserta pulsanya. Pendaftaran dibuka hingga 16 Mei mendatang. Calon peserta dapat melihat semua persyaratannya di situs resmi Pemkab Lamongan

Kepala Kantor Pusat Data Elektronik Lamongan Hurip Tjahjono, Jumat (1/5), menjelaskan, lomba desain blog tersebut diharapkan jadi wadah aspirasi komunitas blogger sekaligus menguji kreativitas dan kemampuan teknologi informasi pelajar.

"Saat ini blog sudah mewabah di Lamongan. Bahkan beberapa pendidikan sudah mengajarkan desain blog sebagai bagian dari praktik mata pelajaran teknologi informasi," kata Hurip.

Hurip menjelaskan semua proses dalam lomba dilakukan via jaringan maya, mulai pendaftaran, penilaian, hingga pengumuman pemenang dilakukan via e-mail. Tema yang diusung dalam lomba ini tetap berdasarkan semangat hari jadi Lamongan, yakni menggali potensi Lamongan. Dengan tema itu diharapkan pelajar akan semakin paham dan mencintai daerahnya sendiri.

Blog singkatan dari web log merupakan bentuk aplikasi web menyerupai tulisan-tulisan yang dimuat sebagai posting pada sebuah halaman web umum. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.

"Halaman web ini memberi layanan akses terbuka untuk umum berupa jurnal perseorangan. Umumnya diperbaharui setiap hari, dan lebih sering mencerminkan diri penulisnya," ujar Hurip menjelaskan.

Guru Pelaku Photo Syur di tahan

Setelah di guncang berita heboh tentang "Lamongan Bergoyang" yang membuat merah muka lembaga pendidikan di sebuah sekolah yang terletak di lamongan kota, maka untuk kesekian kalinya perbuatan amoral yang tidak layak kembali terulang lagi.

Empat Kali Berhubungan Badan dengan Siswinya....Guru sebuah madrasah tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Laren yang berfoto adegan syur dengan muridnya dijebloskan ke penjara polsek setempat. Guru geografi berinisial F itu terancam dijerat UU Nomor 23/2003 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara.

''Ada 28 file foto yang kami dapat sebagai barang bukti dan kami masih terus mengembangkan kasus ini,'' kata Kapolsek Laren AKP Imam Maskur kemarin (6/5).

Saat diperiksa petugas Polsek Laren, lanjut dia, In, inisial siswi MTs yang berfoto syur dengan F tersebut, mengaku telah melakukan hubungan badan empat kali dengan gurunya itu. Tiga kali hubungan layaknya suami istri dilakukan di rumah In dan sekali hubungan dilarang agama itu dilakukan rumah guru bejat tersebut. ''Hubungan (badan) itu pada 16, 22, 23, dan 26 April lalu,'' kata seorang petugas.

Versi petugas, siswi yang orang tuanya bekerja sebagai TKI di Malaysia tersebut mengaku selalu teringat dengan gurunya dan bersedia diajak hubungan badan karena sebelumnya pernah diberi air minum. Diduga air minum itu mengandung jampi-jampi. ''Air minum tersebut diberikan kepada saya saat berada di ruang kelas,'' kata petugas menirukan keterangan In.

Namun, pernyataan In tersebut, menurut petugas tadi, dibantah F. Dalam keterangan kepada petugas Polsek Laren, F mengaku bahwa In justru yang menelepon dirinya dan memintan datang ke rumah sekitar pukul 22.00 pada kali pertama berhubungan badan, 16 April lalu. Setelah di rumah In tersebut, keduanya kemudian melakukan hubungan badan lagi.

Menurut Khilmi, salah satu pengurus yayasan yang menaungi MTs tersebut, guru honorer dan murid tidak bermoral tersebut telah dikeluarkan dari MTs itu sejak foto-foto syur keduanya beredar. ''Keduanya dikeluarkan setelah pelaksanaan UAN lalu,'' katanya.

Sementara itu, polisi mulai mengusut pelaku penyebar foto beradegan mesum yang diduga hanya dijadikan dokumen pribadi guru dan murid tersebut. Saat ini, polisi fokus menyelidiki teman In.

Sesuai informasi yang diterima petugas, foto itu tersebar luas karena In secara tak sengaja meninggalkan tas yang berisi buku dan handphone saat dia ada acara di sekolahnya. ''Diduga, saat itu ada siswa atau siswi membuka tas In dan menemukan handphone. Diduga handphone itu lalu dibuka dan didapatkan gambar adegan mesum, lalu dibluetooth. Tapi ini tidak bisa dipastikan dan baru dugaan yang harus kita cari,'' ujar Kasatreskrim Polres Lamongan AKP Sutopo kemarin (6/5).

Mengapa polisi mengusut pelaku pengedar foto mesum tersebut? Menurut Sutopo, sesuai pasal 282 KUHP, barang siapa dengan sengaja menyebarkan gambar atau tulisan berbau pornografi akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Bahkan, ancaman hukumannya mencapai 1 tahun 4 bulan penjara. ''Pastinya kita akan mengembangkan kasus ini. Salah satunya mengusut siapa pelaku yang menyebarkan foto tersebut,'' ujarnya.

Fenomena Waduk Gondang

Waduk gondang terletak di Desa Gondang Lor dan Desa Deket Agung Kecamatan Sugio, sekitar 19 Km ke arah barat kota Lamongan. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Lamongan, waduk Godang juga dijadikan sebagai tempat objek wisata.

Ditempat Wisata yang penuh pepohonan ini, juga dilengkapi dengan sarana bermain anak-anak, bumi perkemahan, kebun binatang mini yang dihuni oleh Rusa, Orang Hutan, Kera, burung Garuda, Merak, Ular dan satwa lainnya. Di waduk Gondang juga terdapat perahu wisata, sepeda air yang dapat digunakan untuk mengelilingi waduk sambil menikmati keindahan perbukitan dan pepohonan jati, serta sarana pemancingan bagi mereka yang gemar memancing.

Tidak jauh dari Waduk Gondang terdapat makam Dewi Sekardadu, putri Adipati Blambangan yang diperistri oleh Kanjeng Maulana Iskak.

Oleh masyarakat Gondang dan sekitarnya, Makam Dewi Sekardadu dikenal sebagai Makam Mbok Rondo Gondang sebagai ibu dari Joko Samudro atau Sunan Giri. Makam yang terletak di tepi jalan sebelah timur Waduk Gondang ini ditemukan pada tahun 1911, kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1917.
 

Live Traffic

Support : Creating Website | Johny Template | Template
Copyright © 2011. Kabar lamongan - All Rights Reserved